beritajalan.web.id – Industri komponen kendaraan bermotor di Indonesia tengah menghadapi tantangan serius. Penurunan penjualan mobil di dalam negeri turut menekan volume produksi komponen, sehingga membuat Indonesia tertinggal dari Thailand sebagai salah satu pusat manufaktur otomotif terbesar di Asia Tenggara.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), Rachmat Basuki, mengungkapkan bahwa produksi komponen kendaraan di Indonesia pada tahun lalu hanya mencapai 1,1 juta unit, sedangkan Thailand mampu mencatatkan produksi hingga 1,4 juta unit.

“Kalau dari sisi produksi, kita memang tertinggal dari Thailand. Namun, untuk penjualan di dalam negeri, kita masih lebih baik. Tahun lalu penjualan komponen di Indonesia mencapai 865 ribu unit, sementara Thailand hanya 572 ribu unit,” ujar Rachmat saat menjadi pembicara di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (25/9/2025).


📉 Tertinggal dalam Produksi, Unggul di Penjualan

Rachmat menjelaskan bahwa industri komponen di Indonesia masih memiliki potensi besar, namun tantangannya cukup berat.

Thailand selama satu dekade terakhir mampu mempertahankan rata-rata produksi komponen di angka 1,8–2 juta unit per tahun, berkat ekosistem industri yang matang dan rantai pasok yang lebih luas.

Sementara itu, Indonesia baru mampu memproduksi sekitar 1,1–1,2 juta unit per tahun, bahkan mengalami penurunan akibat pasar otomotif yang lesu.

“Thailand memiliki sekitar 2.800 supplier, sedangkan Indonesia hanya memiliki sekitar 1.550 supplier. Ini jelas memengaruhi kapasitas produksi dan daya saing industri komponen kita,” tambahnya.


Dampak Masuknya Mobil Listrik Impor

Menurut Rachmat, melemahnya pasar komponen di Indonesia juga dipicu oleh kemudahan impor mobil listrik completely built up (CBU).

Karena kendaraan listrik yang diimpor masuk secara utuh, tidak banyak bagian yang membutuhkan komponen dari produsen lokal. Kondisi ini membuat produsen komponen dalam negeri kehilangan permintaan dari sektor kendaraan listrik yang sedang tumbuh.

“Kontribusi secara emosi (dari mobil listrik impor) ada, tetapi secara ekonomi belum terasa. Berdasarkan aturan, tahun depan mobil listrik harus memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen. Namun, saat ini sebagian besar hanya sebatas perakitan atau assembling yang kontribusinya sekitar 30 persen. Jadi, apa yang benar-benar lokal kontennya? Ini perlu ditelisik lebih jauh,” jelas Rachmat.

Ia menekankan bahwa jika pemerintah ingin mendorong industri komponen lokal, regulasi TKDN harus ditegakkan dengan memastikan komponen utama benar-benar diproduksi di dalam negeri, bukan sekadar dirakit.


🚗 Catatan Produksi dan Penjualan Komponen Kendaraan di ASEAN

Berikut data produksi dan penjualan komponen kendaraan bermotor di negara-negara ASEAN berdasarkan laporan GIAMM:

  1. Thailand
    • Produksi: 1,4 juta unit
    • Penjualan: 570 ribu unit
  2. Indonesia
    • Produksi: 1,1 juta unit
    • Penjualan: 865 ribu unit
  3. Malaysia
    • Produksi: 790 ribu unit
    • Penjualan: 816 ribu unit
  4. Filipina
    • Produksi: 126 ribu unit
    • Penjualan: 468 ribu unit
  5. Vietnam
    • Produksi: 175 ribu unit
    • Penjualan: 337 ribu unit

Data ini memperlihatkan bahwa Indonesia masih memiliki pasar domestik yang kuat, tetapi kapasitas produksi komponen perlu ditingkatkan agar bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand.


🔎 Perlu Reformasi Ekosistem Industri Komponen

Rachmat menilai, untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Indonesia harus melakukan perbaikan menyeluruh pada ekosistem industri komponen, mulai dari insentif bagi supplier lokal, kemudahan akses bahan baku, hingga dukungan teknologi.

“Kalau kita mau industri komponen ini berkembang, tidak cukup hanya mengandalkan pasar domestik. Kita harus memperkuat rantai pasok, memastikan TKDN benar-benar dipatuhi, dan memberi dukungan kebijakan yang lebih berpihak pada produsen lokal,” ungkapnya.

Selain itu, diperlukan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, produsen otomotif, dan pemasok komponen agar industri lokal dapat memenuhi standar global dan berkompetisi di pasar internasional.


📈 Peluang Pasar Tetap Ada

Meski menghadapi tantangan, peluang bagi industri komponen kendaraan di Indonesia masih terbuka lebar.

Dengan jumlah populasi lebih dari 270 juta jiwa dan tingkat permintaan kendaraan yang terus meningkat di jangka panjang, Indonesia tetap menjadi pasar otomotif terbesar di ASEAN.

Rachmat optimistis jika pemerintah memperkuat kebijakan TKDN dan memberikan dukungan kepada supplier lokal, industri komponen Indonesia bisa kembali tumbuh dan bahkan menjadi basis produksi untuk ekspor.


📌 Kesimpulan

Industri komponen kendaraan di Indonesia masih menghadapi tantangan ketertinggalan dalam kapasitas produksi dibanding Thailand.

Faktor seperti terbatasnya jumlah supplier dan maraknya impor mobil listrik CBU turut menghambat pertumbuhan industri lokal. Namun, keunggulan Indonesia dalam penjualan domestik menjadi modal penting untuk membangun kembali daya saing.

Dengan kebijakan yang tepat dan fokus pada penguatan rantai pasok lokal, Indonesia berpeluang besar untuk menyaingi Thailand dan mengokohkan posisinya sebagai pusat industri otomotif di kawasan ASEAN.

Cek juga artikel berita lainnya yang ada di koronovirus.site