beritajalan.web.id Sejumlah warga di Aceh Tamiang hingga kini masih bertahan di lokasi pengungsian. Mereka belum dapat kembali ke rumah masing-masing karena kondisi permukiman yang belum pulih sepenuhnya. Material sisa banjir masih menumpuk dan menghambat aktivitas warga untuk berbenah. Situasi ini membuat sebagian keluarga memilih tinggal sementara di fasilitas umum yang dianggap lebih aman.
Di wilayah Kecamatan Tenggulun, pengungsian terpusat di masjid setempat. Masjid menjadi ruang bersama bagi warga untuk beristirahat, memasak, dan berlindung dari cuaca. Namun, keterbatasan fasilitas di pengungsian mulai terasa seiring lamanya masa tinggal.
Kelambu dan Selimut Jadi Kebutuhan Utama
Keluhan utama para pengungsi adalah kurangnya kelambu dan selimut. Dua kebutuhan ini dinilai sangat penting untuk menjaga kesehatan, terutama pada malam hari. Banyak nyamuk berkeliaran di sekitar lokasi pengungsian, sehingga risiko penyakit meningkat. Tanpa kelambu, warga kesulitan melindungi anak-anak dan lansia dari gigitan serangga.
Selimut juga dibutuhkan untuk menjaga kehangatan. Kondisi tidur di lantai masjid tanpa alas yang memadai membuat warga mudah kedinginan. Bagi anak-anak dan orang lanjut usia, situasi ini dapat memperburuk kondisi kesehatan. Warga berharap bantuan segera datang untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Kekhawatiran terhadap Ancaman Penyakit
Pascabanjir, lingkungan sekitar pengungsian menjadi lembap. Genangan air di beberapa titik menciptakan tempat berkembang biak nyamuk. Warga khawatir kondisi ini memicu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Kekhawatiran tersebut mendorong permintaan kelambu sebagai langkah pencegahan sederhana namun efektif.
Selain penyakit akibat nyamuk, kondisi sanitasi di pengungsian juga menjadi perhatian. Keterbatasan air bersih dan fasilitas mandi membuat warga harus bergantian. Situasi ini membutuhkan perhatian serius agar kesehatan pengungsi tetap terjaga.
Belum Bisa Kembali ke Rumah
Sebagian warga menyampaikan bahwa rumah mereka masih tertimbun lumpur dan material sisa banjir. Proses pembersihan membutuhkan waktu dan tenaga. Tanpa peralatan yang memadai, warga kesulitan membersihkan rumah secara mandiri. Hal ini menjadi alasan utama mereka bertahan di pengungsian.
Di Desa Sumber Makmur dan Desa Sumber Baru, kondisi permukiman masih belum kondusif. Jalan lingkungan tertutup lumpur, sementara beberapa rumah mengalami kerusakan. Warga berharap adanya bantuan alat kebersihan dan dukungan tenaga untuk mempercepat pemulihan.
Solidaritas Warga di Lokasi Pengungsian
Meski berada dalam keterbatasan, solidaritas antarwarga terlihat kuat. Mereka saling berbagi makanan dan membantu menjaga anak-anak. Aktivitas gotong royong dilakukan untuk membersihkan area sekitar masjid agar tetap layak ditempati. Kebersamaan ini menjadi penguat mental di tengah kondisi sulit.
Warga juga berupaya menjaga ketertiban di pengungsian. Pengaturan tempat tidur dilakukan agar semua orang mendapatkan ruang. Namun, keterbatasan logistik membuat kebutuhan tertentu belum terpenuhi secara merata.
Peran Bantuan Kemanusiaan Dibutuhkan
Situasi di pengungsian menunjukkan pentingnya bantuan kemanusiaan yang tepat sasaran. Kelambu dan selimut menjadi kebutuhan mendesak yang dapat langsung dirasakan manfaatnya. Bantuan ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga mencegah risiko kesehatan.
Selain itu, dukungan berupa layanan kesehatan keliling sangat dibutuhkan. Pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi dini penyakit yang mungkin muncul. Edukasi tentang kebersihan lingkungan juga penting untuk menekan risiko wabah.
Harapan Warga terhadap Pemulihan
Warga berharap kondisi segera membaik agar mereka bisa kembali ke rumah. Pemulihan permukiman menjadi prioritas utama. Dengan dukungan alat dan tenaga, pembersihan rumah dapat dilakukan lebih cepat. Kembali ke rumah sendiri akan membantu warga memulihkan aktivitas sehari-hari.
Harapan lain adalah adanya koordinasi bantuan yang berkelanjutan. Bantuan awal sangat penting, namun dukungan lanjutan juga dibutuhkan hingga situasi benar-benar pulih. Warga ingin memastikan bahwa kebutuhan dasar tetap terpenuhi selama masa transisi.
Perhatian Publik dan Informasi Lapangan
Kondisi pengungsi di Aceh Tamiang turut menjadi perhatian publik setelah diberitakan oleh Antara. Informasi lapangan membantu membuka mata banyak pihak tentang kebutuhan nyata di pengungsian. Dengan informasi yang jelas, diharapkan bantuan dapat disalurkan lebih tepat.
Pemberitaan juga menjadi sarana untuk menyuarakan aspirasi warga. Keluhan tentang kelambu dan selimut mencerminkan kebutuhan mendasar yang sering luput dari perhatian. Publik diharapkan dapat ikut mendorong kepedulian bersama.
Langkah Ke Depan untuk Pengungsi
Ke depan, penanganan pengungsi perlu mengedepankan pendekatan holistik. Selain bantuan logistik, aspek kesehatan, psikologis, dan pemulihan ekonomi juga penting. Anak-anak membutuhkan ruang aman untuk bermain dan belajar, sementara orang dewasa perlu dukungan untuk kembali produktif.
Dengan kerja sama berbagai pihak, kondisi pengungsi di Aceh Tamiang diharapkan segera membaik. Pemenuhan kebutuhan kelambu dan selimut menjadi langkah awal yang krusial. Dari sana, proses pemulihan dapat berjalan lebih terarah dan berkelanjutan.

Cek Juga Artikel Dari Platform dapurkuliner.com
