beritajalan.web.id Mangrove bukan hanya deretan pohon yang tumbuh di pesisir. Ekosistem ini berfungsi sebagai benteng pertahanan alami dari abrasi, penahan gelombang besar, tempat berkembang biak biota laut, dan penyerap karbon yang sangat efektif. Namun, manfaat mangrove tidak berhenti pada sisi lingkungan saja. Banyak jenis mangrove yang sebenarnya menyimpan potensi ekonomi besar bila diolah secara tepat.

Gagasan inilah yang terus diperkuat oleh Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Gorontalo melalui pelatihan peningkatan kapasitas di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato. Tujuannya agar masyarakat pesisir dapat merawat lingkungan sekaligus memperoleh pendapatan tambahan yang lebih berkelanjutan.

Fokus Pelatihan: Dari Pembibitan hingga Produksi

Kegiatan ini memperkenalkan berbagai pengetahuan teknis mulai dari identifikasi jenis mangrove, cara pembibitan yang benar, hingga pemanfaatan hasil non-kayu. Peserta tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga diajak memahami peluang nyata dari hasil olahan mangrove yang telah dikerjakan kelompok perempuan di pesisir.

Menurut pemateri, Jaya Umar Pasandre, upaya pemulihan mangrove sering kali masih terpaku pada jenis-jenis yang umum dijumpai. Padahal, ada beberapa jenis mangrove yang buahnya dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi namun populasinya masih sedikit.

Jenis mangrove seperti Avicennia, Sonneratia, Bruguiera gymnorhiza, dan Xylocarpus merupakan contoh spesies yang memiliki potensi ekonomi kuat di Gorontalo. Sayangnya, populasi mereka di alam masih berkisar antara 10–20 persen dari total yang tumbuh di wilayah pesisir.

Mengubah Buah Mangrove Menjadi Produk UMKM

Buah dari jenis-jenis tertentu ternyata bisa diolah menjadi berbagai produk unik. Kelompok perempuan di Torosiaje, misalnya, sudah mulai memproduksi jus mangrove, selai, tepung, stik camilan, sabun herbal, hingga produk kosmetik alami. Produksi ini tidak hanya menambah pendapatan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi warga pesisir.

Umar menjelaskan bahwa diversifikasi produk sangat penting agar hasil mangrove tidak hanya berhenti sebagai bahan baku. Dengan sentuhan inovasi, mangrove bisa menjadi identitas ekonomi daerah yang memiliki nilai jual tinggi baik di pasar lokal maupun wisata.

“Selama ini masyarakat kesulitan mendapatkan buah mangrove bernilai ekonomi karena populasinya sedikit. Jadi harus diperkaya dulu melalui pembibitan dan rehabilitasi agar usaha yang sudah ada terus berkembang,” ujarnya saat memberikan materi.

Tidak Hanya Ekonomi, Ada Nilai Sosial dan Budaya

Pelestarian mangrove bukan hanya tentang ekonomi. Masyarakat pesisir telah menjadikan mangrove sebagai bagian dari kehidupan dan budaya mereka. Banyak tradisi dan aktivitas harian bergantung pada keberadaan mangrove—mulai dari mencari kerang hingga menjaga kawasan pemukiman dari abrasi laut.

Karena itu, upaya pemulihan harus melihat mangrove sebagai ekosistem yang menyatukan lingkungan, ekonomi, serta budaya lokal. Pelibatan masyarakat dalam setiap proses sangatlah penting. Mereka bukan hanya penerima manfaat, tetapi pelaku utama pelestariannya.

Umar menekankan bahwa tujuan pengayaan spesies adalah agar generasi berikutnya tetap merasakan manfaat ekologis dan sosial dari mangrove, sekaligus menikmati keuntungan ekonomi dari produk olahan yang semakin beragam.

Peran KKMD Memperkuat Ekosistem Pesisir

KKMD memiliki tugas penting: memperkuat keterampilan masyarakat dalam mengelola mangrove berbasis sains dan kebutuhan lokal. Dengan adanya pelatihan rutin seperti ini, kelompok masyarakat akan semakin paham mengenai teknik pemulihan yang tepat, pemilihan lokasi penanaman, hingga tata cara pengelolaan yang berkelanjutan.

Upaya ini selaras dengan strategi pembangunan pesisir yang menekankan pada konservasi berbasis pemberdayaan ekonomi. Jika ekosistem sehat, pendapatan masyarakat pun dapat meningkat. Begitu juga sebaliknya.

Harapan untuk Masa Depan Mangrove Gorontalo

Peluang ekonomi mangrove semakin diakui dunia. Produk berbasis mangrove yang dulunya dianggap tidak bernilai kini bisa menjadi komoditas unggulan daerah. Dengan dukungan pelatihan, akses ilmu pengetahuan, serta pemberdayaan kelompok perempuan, Desa Torosiaje dapat menjadi contoh pengelolaan mangrove yang menyatukan konservasi dan usaha kreatif.

Gorontalo berharap peningkatan jenis mangrove bernilai ekonomi bisa berjalan cepat dan merata. Dengan begitu, wisatawan yang datang tidak hanya menikmati panorama pesisir, tetapi juga dapat membawa pulang produk lokal dari hasil olahan mangrove.

Masyarakat pesisir pun dapat terus hidup berdampingan dengan alam, menjaga kelestarian, sekaligus memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.

Cek Juga Artikel Dari Platform indosiar.site